Kamis, 29 April 2010

“COWBOYS IN PARADISE”

Cuplikan film “Cowboys in Paradise” yang disutradarai oleh Amit Virmani warga negara Singapura yang berdurasi sekitar 3 menit mengisahkan pemuda yang berprofesi sebagai gigolo yang biasa beroperasi di Pantai Kuta dengan target turis wanita mancanegara semakin hangat diperbincangkan oleh masyarakat khususnya di Bali yang sangat terkenal menjunjung tinggi adat istiadat dan norma agama yang mereka anut.

Wisatawan yang datang berkunjung ke suatu negara khususnya Bali yang memiliki daya tarik obyek wisata yang sudah terkenal adalah bagaimana mereka bisa have fun, mereka ingin menikmati keindahan obyek wisata yang ada dan ingin mengexplore segala hal yang ada di Pulau Bali. Sehingga pada saat mereka kembali liburan dari Pulau Bali ke negara asalnya ada suatu kesan bahwa Bali adalah suatu tempat yang sangat indah dan berharap mereka dapat kembali lagi. Seks hanya sebagai bumbu pelengkap,sehingga tidak selamanya Industri pariwisata selalu bersebelahan dengan Seks.

“Cowboys in Paradise”, kalau memang ada hanyalah sebuah fenomena yang hadir sebagai akibat dari industri yang bernama pariwisata, apa yang mereka lakukan bersifat simbiosis mutualisme, bagi sisi wisatawan mendapatkan teman yang dapat menemani mereka selama liburan di Bali sedangkan di sisi lain ada imbalan berupa kesenangan baik dalam bentuk materi ataupun yang lainnya. “Cowboys in Paradise” adalah masalah sosial yang harus menjadi perhatian masyarakat dan Pemerintah Daerah untuk dapat mengatasinya.

Bali tanpa “Cowboys in Paradise” tidak akan mengurangi jumlah wisatawan yang datang, karena citra Bali adalah pulau yang sangat indah, sebuah pulau yang menawarkan keindahan alam dan budayanya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar